Alkisah ada pengrajin tempe yg rutinitas sehari-harinya menyiapkan bahan dasarnya ,mengolah , meragi dan membungkusnya agar besoknya bisa matang hingga siap dijual dipasar. Disetiap shalat subuhnya ia berdo'a agar tempenya itu matang semua dan laris untuk dijual, apalagi kini ia tengah butuh uang banyak untuk biaya sekolah anaknya ke perguruan tinggi.
Namun pagi itu ia terkaget-kaget melihat tempenya yg tdk matang-matang ,padahal cara pengolahan maupun bahan bakunya sama setiap hari. Namun begitu ia tetap harus menjajakan tempenya agar hari itu bisa dapat rezeki.
Benar saja tak biasanya tak satupun pembeli berminat pada tempenya yg belum matang. Haripun kian siang sementara tempenya belum terjual satupun,padahal biasanya jam segitu sdh habis terjual.
Sambil berdo'a iapun berulangkali memeriksa bungkusan tempenya barangkali saja ada yg matang menjelang siang.
Singkat cerita, di tengah hari selepas shalat zhuhur ada seorang ibu menghampiri dan menanyakan tempenya apa masih ada. Ternyata tempe yg ibu ini cari adalah tempe yg belum matang. Ia bercerita bhw ia ingin bawa tempenya itu buat anaknya yg tinggal di luarnegeri,karena bila mengirim yg matang sampai disana sdh busuk. Akhirnya iapun memborong semua tempenya karena sdh berkeliling dari pagi baru dapat di siang itu. Dan iapun sangat berterimakasih kpd penjual tempe tadi dgn menghargai tempenya duakali lipat dari harga biasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar